Makalah Kependudukan

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar Negara-negara berkembang di dunia. Hal yang paling mendasar yang umum dijumpai dalam suatu Negara berkembang adalah jumlah penduduk yang sangat besar. Indonesia merupakan slah satu Negara dengan jumlah penduduk yang terbanyak. Hal ini dapat dilihat dari hasil sensus penduduk yang semakin tahun semakin meningkat. Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal sebagai istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk.
Dibanding dengan negara-negara yang sedang berkembang lainnya, Indonesia menempati urutan ketiga dalam jumlah penduduk setelah Cina dan India. Indonesia merupakan negara yang sedang membangun dengan mempunyai masalah kependudukan yang sangat serius disertai dengan, yaitu jumlah penduduk yang sangat besar disertai dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi dan persebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk bukan hanya merupakan modal , tetapi juga akan merupakan beban dalam pembangunan. .
Pertumbuhan penduduk yang meningkat berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu para penentu kebijakan dan perencana program untuk dapat mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan ksesejahteraan masyarakat yang tepat pada sasarannya.
Dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi tersebut akan melahirkan beragam masalah dalam kehidupan. Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Program kependudukan dan keluarga berencana bertujuan turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk. Dengan demikian diharapkan tercapai keseimbangan yang baik antara jumlah dan kecepatan pertambahan penduduk dengan perkembangan produksi dan jasa.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari penduduk ?
2. Bagaimana dinamika kependudukan di Indonesia?
3. Faktor-faktor demografi apa yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk ?
4. Bagaimana konsep transisi demografis dalam konsep kependudukan?
C. TUJUAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari penduduk
2. Untuk mengetahui dinamika kependudukan di Indonesia
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk
4. Untuk mengetahui konsep transisi demografis.

D. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai Konsep kependudukan Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDUDUK
Penduduk adalah Orang yang secara hukum berhak tinggal di dalam suatu daerah. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di daerah tersebut. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu
Pada hakekatnya, pengertian mengenai penduduk lebih ditekankan pada komposisi penduduk. Pengertian ini mempunyai arti yang sangat luas, tidak hanya meliputi pengertian umur, jenis kelamin dan lain-lain, tetapi juga klasifikasi tenaga kerja dan watak ekonomi, tingkat pendidikan, agama, ciri sosial, dan angka statistik lainnya yang menyatakan distribusi frekuensi. Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
1. Orang yang tinggal di daerah tersebut
2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan adalah Demografi. Istilah Demografi pertama sekali ditemukan oleh Achille Guillard.
John Graunt adalah seorang pedagang di London yang menganalisis data kalahiran dan kematian, migrasi dan perkawinan yang berkaitan dalam proses pertumbuhan penduduk. Sehinnga John Graunt dianggap sebagai bapak Demografi.
Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu demografi. Berbagai aspek perilaku manusia dipelajari dalam sosiologi, ekonimi, dan geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonomi, seperti pengencer hingga pelanggan potensial. Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dianmika kependudukan manusia. Meliputi didalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
B. DINAMIKA KEPENDUDUKAN
Dinamika kependudukan adalah perubahan kependudukan untuk suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu. pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk atau migrasi baik perpindahan ke luar maupun ke luar. Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan penduduk yang minus berarti jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah mengalami penurunan yang bisa disebabkan oleh banyak hal. Pertumbuhan penduduk meningkat jika jumlah kelahiran dan perpindahan penduduk dari luar ke dalam lebih besar dari jumlah kematian dan perpindahan penduduk dari dalam ke luar.
Dinamika kependudukan adalah perubahan penduduk. Perubahan tersebut selalu terjadi dan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 Tentang ´Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera disebut sebagai Perkembangan Kependudukan. Perkembangan kependudukan terjadi akibat adanya perubahan yang terjadi secara mauoun karena perilaku yang terkait dengan upaya memenuhi kebutuhannya. Perubahan alami tersebut adalah karena kematian dan kelahiran. Sedangkan yang terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan adalah migrasi atau pindahan tempat tinggal.
Setiap perubahan yang diakibatkan salah satu faktor perubahan penduduk tersebut akan berdampak pada keseluruhan, misalnya jumlah menurut umur penduduk dan jenis kelamin penduduk. Hal-hal yang diperlukan dalam pengukuran dinamika kependudukan adalah :
1. Indikator
Indikator diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari dengan tepat berbagai keadaan atau perubahan yang terjadi pada penduduk disuatu negara. Indikator dalam demografi terdiri dari beberapa hal, yaitu :
a. Jumlah penduduk
b. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, agama, pekejaan, dan lain-lain
c. Proses demografi yang mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk
2. Parameter
Ukuran atau satuan yang memberikan penilaian kuantitatif. Ada dua macam pengukuran, yaitu :
a. Angka Absolut
b. Angka Relatif
Dinamika kependudukan menjelaskan bahwa di samping jumlah absolutnya yang tetap tinggi, persoalan kependudukan di Indonesia meliputi persebaran serta kualitas penduduk dipandang dari sudut sumberdaya manusia secara keseluruhan.
Pemahaman terhadap dinamika penduduk sangat penting dalam demografi. Manfaat dari memahami dinamika penduduk adalah sebagai berikut.
1) Mengetahui jumlah penduduk pada suatu waktu dan wilayah tertentu.
2) Memahami perkembangan dari keadaan dahulu, sekarang dan perkiraan yang akan datang.
3) Mempelajari hubungan sebab akibat keadaan penduduk dengan aspek kehidupan lain misalnya ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan dan lain-lain.
4) Merancang antisipasi menghadapi perkembangan kependudukan yang terjadi baik hal yang menguntungkan maupun merugikan.
C. FAKTOR-FAKTOR DEMOGRAFIK YANG MEMPENGARUHI LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK
1. ANGKA KELAHIRAN (fertilitas)
Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan seorang wanita secara riil untuk melahirkan yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya dilahirkan. Tinggi rendahnya kelahiran erat hubungannya dan tergantung Pada struktur umur, banyaknya kelahiran, banyaknya perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi, aborsi, tingkat pendidikan, status pekerjaan, serta pembangunan.

Beberapa fertilitas yang sering digunakan adalah :
1) Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate)
Angka kelahiran kasar adalah angka yang menunjukkan jumlah kelahiran
pertahun di satu tempat per seribu penduduk.
CBR dapat dihitung dengan rumus berikut ini.

Keterangan :
Cbr : crude birth rate (angka kelahiran kasar)
L : jumlah kelahiran selama 1 tahun
P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun
1.000 : konstanta
Kriteria angka kelahiran kasar (cbr) di bedakan menjadi tiga macam.
– cbr 30, termasuk kriteria tinggi

2) Angka kelahiran khusus (age specific birth rate/asbr)
Angka kelahiran khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran bayi setiap 1.000 penduduk wanita pada kelompok umur tertentu. asbr dapat dihitung dengan rumus berikut ini.

keterangan :
– asbr: angka kelahiran khusus
– li : jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur tertentu
– pi : jumlah penduduk wanita umur tertentu pada pertengahan tahun
1.000 : konstanta
3) angka kelahiran umum (general fertility rate/gfr)
Angka kelahiran umum yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran setiap 1.000 wanita yang berusia 15 – 49 tahun dalam satu tahun. gfr dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.

keterangan :
gfr = angka kelahiran umum
l = jumlah kelahiran selama satu tahun
w(15 – 49) = jumlah penduduk wanita umur 15 – 49 tahun pada pertengahan tahun.
1.000 = konstanta besar kecilnya angka kelahiran (natalitas) dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran.
A. faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)
1) anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
2) sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan.
3) pernikahan usia dini (usia muda).
4) adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika dibandingkan dengan anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak laki-laki akan berusaha untuk mempunyai anak laki-laki.
5) adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya memiliki anak.

B. Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)
1) adanya program keluarga berencana (kb).
2) kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan.
3) adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi pns.
4) adanya uu perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan.
5) penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir.
6) adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak
2. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)
Angka kematian dibedakan menjadi tiga macam yaitu angka kematian kasar, angka kematian khusus, dan angka kematian bayi.
a. Angka kematian kasar (crude death rate/cdr)
Aangka kematian kasar yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk dalam waktu satu tahun. cbr dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.

keterangan :
asdr = angka kematian kasar
m = jumlah kematian selama satu tahun
p = jumlah penduduk pertengahan tahun
1.000 = konstanta
kriteria angka kematian kasar (cdr) dibedakan menjadi tiga macam.
– cdr kurang dari 10, termasuk kriteria rendah
– cdr antara 10 – 20, termasuk kriteria sedang
cdr lebih dari 20, termasuk kriteria tinggi
b. Angka kematian khusus (age specific death rate/asdr)
Angka kematian khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk pada golongan umur tertentu dalam waktu satu tahun. asdr dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.

Keterangan :
Asdr = angka kematian khusus
Mi = jumlah kematian pada kelompok umur tertentu
Pi = jumlah penduduk pada kelompok tertentu
1.00 = konstanta

c. Angka kematian bayi (infant mortality rate/imr)
Angka kematian bayi yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi (anak yang umurnya di bawah satu tahun) setiap 1.000 kelahiran bayi hidup dalam satu tahun.
Tinggi rendahnya angka kematian penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat.
1) faktor pendorong kematian (promortalitas)
(a) adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya.
(b) adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya.
(c) kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah.
(d) adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya.
(e) tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat.
2) faktor penghambat kematian (antimortalitas)
(a) tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik.
(b) negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan.
(c) adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam penyakit dapat diobati.
(d) adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran agama melarang hal tersebut.
3. MIGRASI
Migrasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi angka pertumbuhan penduduk. Migrasi adalah perpindahan penduduk. Orang dikatakan telah melakukan migrasi apabila orang tersebut telah melewati batas administrasi wilayah lain.
Jenis-jenis migrasi
a. Transmigrasi; Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah lain di dalam wilayah republik indonesia.
b. Urbanisasi; Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota besar
c. Emigrasi; perpindahan penduduk dari dalam negeri kemudian menetap di luar negeri.
d. Imigrasi; Perpindahan penduduk dari luar negeri dan menetap di dalam negeri.
e. Re-emigrasi (kembali ke tempat asal)
1) migrasi keluar adalah keluarnya penduduk dari suatu wilayah menuju wilayah lain dan bertujuan untuk menetap di wilayah yang didatangi.
2) migrasi masuk adalah masuknya penduduk dari wilayah lain ke suatu wilayah dengan tujuan menetap di wilayah tujuan. Migrasi keluar adalah orang yang melakukan migrasi ditinjau dari daerah asalnya, sedangkan migrasi masuk adalah orang yang melakukan migrasi ditinjau dari daerah tujuannya.
Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ketempat lain dengan tujuan untuk menetap dalam waktu 6 bulan atau lebih. Terdapat beberapa kriteria migran diantaranya:

a. Migran seumur hidup (life time migrant)
b. Migran Risen (recent migrant)
c. Migran total (total m igrant)
4. Rasio Ketergantungan
Rasio ketergantungan (Depedency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurutr usia yakni rasio ketergantungan muda dan rasio ketergantungan tua.
Rasio ketergantungan merupakan indicator demografi yang sangat penting. Semakin tingginya presentase dependency ratio menunjukan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan presentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk memembiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Rasio ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah pnduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).

Dimana
RK Total = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua
RK Muda = Rasio Ketergantungan Panduduk Usia Muda
RK Tua = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Tua
P (0-14) = Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun)
P (65+) = Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun keatas)
P (15-64) = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64)
5. Angka Perkawinan Umum
Angka perkawinan umum (APU) menunjukan proporsi penduduk yang berstatus kawin terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas pada pertengahan tahun untuk satu tahun tertentu.
Konsep perkawinan lebih difokuskan kepada keadaan dimana seorang laki-laki dan seorang perempuan hudup bersama dalam kurun waktu yang lama. Dalam hal ini hidup bersama dapat dikukuhkan dengan perkawinan yang syah sesuai dengan undang-undang atau peraturan hukum yang ada (Perkawinan de jure) ataupun tanpa pengesahan perkawinan (de facto). Tetapi untuk keperluan studi demografi, badan pusat statistic mendefinisikan seseorang berstatus kawin apabila mereka terikat dalam perkawinan pada saat pencacahan baik yang tinggal bersama maupun terpisah yang menikah secara syah maupun yang hidup bersama yang oleh masyarakat disekelilingnya dianggap syah sebagai suami isteri (BPS, 200). Indikator perkawinana berguna bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program kependudukan terutama dalam pengembangan program-program peningkatan kualitas keluarga dan perencanaan keluarga.
6. Pengaruh Program KB
Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan dalam analisa keluarga berencana (KB) beserta definisinya.
a. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun.
b. Pemakai alat/cara KB adalah seseorang yang sedang atau pernah memakai alat/cara KB.
c. Pernah memakai alat/cara KB (ever user) adalah seseorang yang pernah memakai alat/cara KB.
d. Pemakai alat/cara KB aktif (Current User) adalah seseorang yang sedang memakai alat/cara KB.
e. Alat/cara KB adalah alat/cara yang digunakan untuk mengatur kelahiran.
Kebutuhan KB yang tidak dipenuhi (Unment need) adalah presentase perempuan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, atau ingin menunda kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara KB.

D. TRANSISI DEMOGRAFI
Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortilitas yang besar. Perubahan atau transisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Pada gambar diatas terlihat transisi penduduk ada posisi stabil pada tingkat kelahiran tinggi, menjadi turun ke stabil pada kelahiran dan kematian rendah.
A. Pada keadaan I
Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50. Keadaannya masih alami tingkat kelahiran tinggi/ tidak terkendali dan tingkat ekonomi yang rendah, sehingga kesehatan dan gizi lingkungan kurang mendukung. Akibatnya kelaparan dan kejadian penyakit tinggi sehingga tingkat kematian pun tinggi (kondisi pra intervensi/pembangunan).
B. Pada keadaan II
Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan teknologi, misalnya dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-lain. Kondisi ekonomi makin membaik akibat pembangunan dan pendapatan penduduk meningkat sehingga kesehatan semakin baik. Akibatnya tingkat kelahiran tetap tinggi (makin sehat) tetapi angka kematian menurun (akibat kesehatan dan lain- lain). Pada kondisi ini akan terasa tingginya laju pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami indonesia pada periode tahun 1970 sampai 1980 dengan angka pertumbuhan 2,32 % per tahun.
C. Pada keadaan III
Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian penduduk, maka sikap terhadap fertilitas berubah menjadi cenderung punya anak sedikit, maka turunnya tingkat kematian juga diikuti turunnya tingkat kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk menjadi tidak tinggi lagi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan penduduk indonesia periode 1980 sampai 1990 yang turun menjadi 1,85 %.
D. Pada keadaan IV
Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus, maka akan mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah indonesia sedang menuju/mengharap tercapainya kondisi ini yaitu penduduk bertambah sangat rendah atau tanpa pertumbuhan. Demikian lah gambaran transisi demografi yang dapat dipercepat dengan peningkatan pembangunan terutama bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan kb.
Menurut blacker (1947) ada 5 phase dalam teori transisi demografi, dimana khususnya phase 2 dan 3 adalah phase transisi.
Tahap-tahap dalam transisi demografi
1. Tahap stasioner tinggi
Ciri-ciri :
Tingkat kelahiran: tinggi
Tingkat kematian: tinggi
Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah
2. Tahap awal perkembangan
Ciri-ciri :
Tingkat kelahiran: tinggi (ada budaya pro natalis)
Tingkat kematian: lambat menurun
Pertumbuhan alami: lambat
Contoh: india sebelum pd ii
3. Tahap akhir perkembangan
Ciri-ciri :
Tingkat kelahiran: menurun
Tingkat kematian: menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami: cepat
Contoh: australia, selandia baru tahun ‘30an
4. Tahap stasioner rendah
Ciri-ciri :
Tingkat kelahiran: rendah
Tingkat kematian: rendah
Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah
Contoh: perancis sebelum pd ii
5. Tahap menurun
Ciri-ciri :
Tingkat kelahiran: rendah
Tingkat kematian: lebih tinggi dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami: negative
Contoh: jerman timur & barat tahun ‘75
Ada beberapa masalah dalam mengaplikasikan teori transisi demografi bagi negara-negara berkembang. Bila di eropa, penurunan mortalitas lebih dikarenakan pembangunan sosio ekonomi, namun penurunan mortalitas dan fertilitas di negara-negara berkembang lebih karena pengaruh faktor-faktor lain seperti: peningkatan pemakaian kontrasepsi, peningkatan perhatian pemerintah, modernisasi, pembangunan.
E. Masalah Kependudukan di Indonesia
Masalah kependudukan merupakan masalah yang serius, tidak saja bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, tetapi juga bagi negara-negara maju. Masalah kependudukan dewasa ini sudah menjadi masalah besar bagi dunia secara keseluruhan disamping masalah ekonomi secara global. Perkembangan penduduk tanpa disertai dengan kontrol untuk mengatur jumlah penduduk yang diinginkan, hanya akan menimbulkan problema sosial dan ekonomi dengan segala akibatnya. Pertambahan penduduk yang besar dari tahun ke tahun memerlukan investasi dan sarana di bidang pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebagainya.
Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang tidak merata. Hal ini dibarengi dengan masalah lain yang lebih spesifik, yaitu angka fertilitas dan angka mortalitas yang relatif tinggi.
Indonesia adalah negara yang mempunya banyak penduduk, Jumlah penduduk Indonesia menempati urutan pertama negara di kawasan Asia Tenggara sedangkan menempati urutan ke-5 . Jumlah penduduk Indonesia berada pada urutan ke-4 (215,27 ju ta jiwa), setelah Cina (1,306 milyar jiwa), India (1,068 milyar jiwa). Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia memiliki masalah-masalah kependudukan yang cukup serius dan harus segera diatasi agar tidak terjadi ledakan penduduk. Faktor terjadinya ledakan penduduk antara lain adalah :
1. Jumlah penduduk yang besar.
2. Pertumbuhan penduduk yang cepat.
3. Penyebaran penduduk yang tidak merata.
Menurut saya dalam menanggapi masalah ini, Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya dan juga menyediakan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta fasilitas sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup sulit diatasi, oleh karena itu pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta untuk mengatasi masalah ini. Peran serta swasta yang telah dilakukan antara lain pembangunan pabrik/industri, sekolah swasta, rumah sakit swasta dan lain-lain.
F. Pertumbuhan Penduduk Indonesia dan Permasalahannya
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana jumlah individu dalam sebuah populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan populasi pada periode waktu unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah individu dalam populasi ketika dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalam rumus:
P = Poekt

Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah rasio, bukan nilai. Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung sebagai persentase populasi ketika dimulainya periode. Yang merupakan:

G. Persebaran Kepadatan Penduduk dan Permasalahannya
Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak.
Kepadatan ppenduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-rata ppenduduk pada setiap Km2 pada suatu wilayah negara.
Faktor-faktor yang memppengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk tiap-tiap daerah atau negara sebagai berikut:
1. Faktor Fisiografis
2. Faktor Biologis
3. Faktor Kebudayaan dan Teknologi
Kepadatan penduduk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Kepadatan penduduk aritmatik sangat mudah dalam perhitungannya.
Data kepadatan penduduk aritmatik sangat bermanfaat. Contohnya adalah dengan diketahui tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah, maka dapat digunakan untuk perencanaan penyediaan fasilitas sosial. Jika pada suatu daerah memiliki kepadatan penduduk aritmatik yang rendah, maka penyediaan fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dapat digabung dengan daerah yang berdekatan.
2. Kepadatan penduduk Indonesia antara pulau yang satu dan pulau yang lain tidak seimbang.
Selain itu, kepadatan penduduk antara provinsi yang satu dengan provinsi yang lain juga tidak seimbang. Hal ini disebabkan karena persebaran penduduk tidak merata. Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa dan Madura. Padahal, luas wilayah pulau Jawa dan Madura hanya sebagian kecil dari luas wilayah negara Indonesia. Akibatnya, pulau Jawa dan Madura memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sedangkan di daerah-daerah lain tingkat penduduknya rendah. Provinsi yang paling padat penduduknya adalah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Kepadatan penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam mendukung kehidupan penduduknya. Daya dukung lingkungan dari berbagai daerah di Indonesia tidak sama. Daya dukung lingkungan pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan pulau-pulau lain, sehingga setiap satuan luas di Pulau Jawa dapat mendukung kehidupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan, misalnya di Kalimantan, Papua, Sulawesi, dan Sumatra.
Kemampuan suatu wilayah dalam mendukung kehidupan itu ada batasnya. Apabila kemampuan wilayah dalam mendukung lingkungan terlampau, dapat berakibat pada terjadinya tekanan=tekanan penduduk. Jadi, meskipun di Jawa daya dukung lingkungannya tinggi, namun juga perlu diingat batas kemampuan wilayah ter sebut dalam mendukung kehidupan.
H. Struktur Umur Penduduk dan Permasalahannya
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur.
Kegunaan Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap kelompok umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran, kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan menentukan perkembangan penduduk di masa yang akan datang. Indonesia telah mengalami perubahan bentuk piramida yang disebabkan oleh penurunan kelahiran dan penurunan kematian bayi beberapa dekade yang lalu. Dalam hal ini dapat diidentifikasi 3 macam bentuk piramida penduduk secara umum, yaitu:
1. Piramida penduduk yang mempunyai dasar lebar menunjukkan terjadinya kelahiran yang tinggi diwaktu-waktu yang lalu.
2. Piramida penduduk yang berbentuk kerucut menunjukkan kelahiran besar di waktu yang lalu tetapi kematian bayi yang tinggi menyebabkan proporsi penduduk yang dapat hidup terus keusia dewasa dan menjadi tua lebih sedkit.
3. Piramida penduduk dengan badan gemuk dan dasar yang sama atau lebih kecil dan dengan ujung atas yang membesar menunjukkan bahwa beberapa waktu yang lalu telah terjadi jumlah kelahiran yang cukup besar, tetapi tingkat kematian bayi menurun sehingga jumlah bayi yang lahir dan tetap hidup mencapai usia dewasa lebih banyak dari jumlah sebelumnya.
Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, dan lansia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan.
Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam piramida penduduk adalah hasil Sensus Penduduk (SP). Untuk membuat piramida penduduk berdasarkan data SP, data yang dibutuhkan adalah jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur 5 tahunan : 0-4; 5-9; 10-14; 15-19; 20-24; 25-29; 30-34; 35-39; 40-44; 45-49; 50-54; 55-59; 60-64; 65-69; 70-74; 75 tahun ke atas.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masalah kependudukan adalah masalah yang paling penting dalam pembangunan suatu negara karena dapat menghambat pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan. Dengan persebaran penduduk yang lebih merata dimaksudkan untuk membantu mengurangi berbagai beban sosial, ekonomi dan ling¬kungan yang ditimbulkan akibat tekanan kepadatan penduduk yang semakin meningkat. Di samping itu persebaran penduduk yang lebih merata juga dimaksudkan untuk membuka dan mengem¬bangkan wilayah baru guna memperluas lapangan kerja dan me¬manfaatkan sumber daya alam sehingga lebih berhasil guna. Jumlah penduduk yang lebih sedikit akan mempermudah pemerintah untuk meningkatkan derajat hidup, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dengan demikian hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di wilayah yang berkepadatan tinggi maupun di wilayah baru.
B. Saran
Saran yang saya berikan dalam makalah ini adalah sebaiknya topic permasalahan dibatasi karena materi konsep kependudukan sngat luas sekali.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia .com
http://warnawarnidina.blogspot.com/2010/10/kependudukan-dan-mobilitas-sosial.html
http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/83/115/
http://www.hprory.com/transisi-demografi/

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Mollusca

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mollusca berasal dari bahasa Latin, Mollucus yang berari lunak. Jadi, jika ditinjau dari aal katanya, Mollusca berarti hewan yang memili tubuh lunak. Mollusca mencakup hewan-hewan yang bersifat triploblastik celomata dengan sebaran habitat yang sangat luas. Tubuh Mollusca yang lunak sebagai ciri utama dari  hylum ini umumnya  dilindungi oleh suatu cangkang yang keras.

Mollusca memiliki sifat kosmopolit , dimana hewan-hewan ini memiliki daerah persebaran yang sangat luas.  Mollusca dapat ditemukan di darat, air tawar, maupun air laut. Dengan persebaran ang sangat luas tersebut, Mollusca  menjadi phylum dengn anggot spesies terbesar kedua setelah Arthropoda

Ukuran tubuh Mollusca sangat bervariasi mulai dari siput yang panjangnya hanya beberpa millimeter hingga cumi-cumi raksasa yang dapat mencapai panjang 18 meter. Bentuk tubuhnya pun sangat bervariasi walaupun  bentuk dasarnya  bersifat simetri bilateral. Pada beberapa  terjadi modifikasi dari massa visceral yang mengakibatkan bentuk tubuhnya bersifat asimetris.

Dalam sistem klasifikasi modern, Mollusca dibedakan menjadi lima kelas, yakni Gastropoda, cephalooda, Bivalvia,  Scaphopoda,   Pembagian ini didasarkan pada ciri morfologi, anatomi dan fisiologis dari hewan-hewan tersebut. Masing-masing kelas tersebut memiliki ciri  tersendiri yang sangat khas dan berbeda  dengan kelas-kelas yang lain.

Mollusca memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan. Beberaa speies dari phylum ini  menjadi sumber protein bagi manusia. Selain itu, Mollusca dapat menjadi hama bagi pertanian dan menjadi inang bagi beberapa cacing parasit yang sangat merugkan  bag manusia.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang  tersebut, maka dianggap perlu untuk menyusun suatu tulisan yang berisi uraian mengenai phylum Mollusca dari berbagai aspek, baik dari segi ciri, istem fisiologis, klasifikasi mauun peranannya dalam kehidupan. Hal ini dimaksudkan  sebagai acuan dalam mempermudah pemahaman terhadap phylum ini.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang  akan dibahas dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut.

1.      Apa yng menjadi ciri utama dari phylum Mollusca?

2.      Bagaimanakah proses-proses fisiologis yang terjadi pada Mollusca?

3.      Bagaimana pengklasifikasian dari phylum Mollusca?

4.      Bagaimana peranan Mollusca dalam kehidupan?

 

C. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1.    Untuk mengetahui cirri-ciri umum dari phylum Molusca.

2.    Untuk mengetahui proses-proses fisiologis pada phylum Mollusca.

3.    Untuk mengetahui pembagian klasifikasi dari phylum  Mollusca.

4.    Untuk mengetahui peranan Mollusca dalam kehidupan.

 

 

 

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1.      Untuk membantu mahasiswa memahami  materi tentang phylum Mollusca.

2.      Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh nilai Zoologi Invertebrata.

3.      Sebagai bahan informasi bagi masyarakat dalam upaya pemanfaatan phylum Mollusca dalam berbagai sector kehidupan.

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

 

A. Deskipsi Umum phylum Mollusca

Mollusca berasal dari kata Mollis dalam bahasa latin yang berarti lunak. Tubuh simetri bilateral dan terdiri atas kepala di bagian depan, kaki di bagian ventral dan massa jerohan di bagian dorsal (sugiri, 1989).  Mollusca adalah satu dari tiga phylum terbesar dalam kingdom Animalia. Mollusca memiliki sekitar 10.000 spesies yang masih hidup. Dengan ddemikian, Mollusca hanya kalah jumlah pesies dari Arthropoda (Marshall, 1972).

 

B. Ciri-Ciri Umum phylum Mollusca

1.      Tubuh biasanya pendek yang diselimuti oleh mantel pada sebagian atau seluruh tubuhnya.

2.      Badan terdiri atas kepala, kaki dan massa jerohan.

3.      Biasanya memiliki cangkang yang dibentuk oleh mantel.

4.      Saluran pencernaan makanan lengkap dan kompleks.

5.      Sistem sirkulasi terbuka, kecuali pada Cephalopoda

6.      Alat respirasi berua insang, ktenidium, mantel atau rongga mantel.

7.      Alat ekskresi berupa ginjal (nefridium) yang berjumlah sepasang

8.      Kelamin biasanya terpisah

9.      Larva trokofor atau veliger

10.  Tubuh tidak bersegmen.

C. Klasifikasi phylum Molusca

Mollusca dibedakan dalam enam kelas, yakni Monoclaphopora, Amphineura, Scaphopoda, Gastropoda, Bivalvia dan Cephalopoda.

1. Kelas Monoclaphopora

Contoh spesies dari kelas ini yang paling umum adalah Neoplina galatheae. Hewan ini hidup di dasar laut yang dalam. Secara morfologi, hewan ini berbentuk oval dan dilindungi oleh cangkang tunggal yang simetri bilateral dengan puncak cangkang melengkung ke depan. Kepala terdapat di bagian ventral yang mengandung mulut dan kaki pipih.

2. Kelas Scaphopoda

Contoh spesies dari kelas ini adalah siput gading (Dentalium vulgare). Hewan-hewan yang termasuk dalam kelas Scaphopoda menghabskan kehidupan dewasanya dengan membenamkan diri diri dalam pasir.  Mereka makan dengan cara menyaring  organism kecil yang ikut brsama aliran air melalui lubang di ujung cangkang yang muncul keluar dari pasir (Kimball, 1999).

3. Kelas Amphineura

Amphineura dalam beberapa buku literature dibedakan dalam Aplacophora dan Polyclaphopora (Sugiri, 1989).  Contoh spesies dari kelas ini adalah Chiton sp.

a. Habitat

Chiton sp. Merupakan hewan akuatik yang ditemukan di daerah pantai. Biasanya ia melekat pada karang, kerang, atau batu karang. Hewan ini melekat pada karang dengan sangat kuat.

b. Struktur Tubuh

Bentuk tubuh oval, pipih dorso-ventral, simetri bilateral, terdiri dari kaki, kepala dan massa visceral yang dilindungi oleh mantel. Di bagian orsal tubuh terdapat cangkang yang terdiri dari 8 buah keeping yang tersusun tutup menutup. Kepala terdapat di ujung depan yang tidak begitu nyata, tanpa mat dan tentakel Di bagian ventral terdapat kaki berotot yang pipih dan berlendir.

c. Sistem pencernaan

Saluran pencernaan terdiri atas mulut, faring  yang mengandung radula, esophagus, lambung, usus, dan anus. Radula berupa pita yang bersifat tanduk dan mengandung sejumlah gigi-gigi pemotong.

d. Sistem Sirkulasi

Alat peredaran darah terdiri atas jantung pada ruang perkard di sebeah ujung posterior-dorsal, sinus dan pembuluh darah. Darah yang berasal dari tubuh masuk ke jantung melalui sinus.

e. Sistem Ekskresi

Alat ekskresi berupa sepasang nefridium yang berasal dari pericardium. Nefridium  ini bermuara dalam rongga mantel di depan anus.

f. Sistem saraf

Sistem saraf terdiri dari cincin sirkum esophageal dan dua pasang tali saraf longitudinal yang member inevarsi pada kaki dan mantel. Pada hewan ini tidak ditemukan adanya gaglion saraf dengan system saraf berupa saraf tangga tali yang saling dihubungkan dengan saraf penghubung.

g. Sistem Reproduksi

Hewan ini bersifat diesius, dimana fertilisasi berlangsung secara eksternal. Telur berkembang menjadi larva trokofor  yang berbentuk bundar dengan tubuh yang ditutupi oleh silia,

h. Klasifikasi

Kingdom          : Animalia

Phylum            : Mollusca

Classis             : Amphineura

Ordo                :Amphineurida

Familia                        : Chitotonidae

Genus              : Chiton

Species            : Chiton sp.

 

4. Kelas Gastropoda

Gastropoda adalah salah satu kelas dalam phylum Mollusca yang memiliki alat gerak pada bagian perut.  Gastropoda memiliki cangkang yang berbentuk spiral sehingga tubuhnya tidak bersifat simetris bilateral, Tubuh terdiri dari kaki, kepala, massa visceral yang dilindung oleh mantel. Hewan ini biasanya memiliki sebuah atau beberapa insang.  Pada kepala terdapat dua pasang mantel.Habitat dari hewa-hewan yang termasuk dalam kelas Gastrpoda meliputi daratan, air tawar dan air laut. Contoh spesies dari kelas  ini adalah Bekicot (Achatina fulica).

 

a. Habitat

Achatina  fulica  adalah anggota kelas gastropoda yang hidup di darat. Hewan ini umumnya hidup di tanah-tanah yang lembab atau bersembunyi di balik rumpun pepohonan.

b. Struktur Tubuh

Tubuh terdiri atas kepala, kaki dan massa jerohan (visceral).  Pada kepala terdapat dua pasang tentakel. Seasang yang berukuran pendek  sebagai indera pembau dan sepasang tentakel panjang yang mengandung organ mata. Mulut terletak di bagian kepala tepat di bawah tentakel. Kaki merupakan alat untuk merayap yang mengandung selaput mukosa yang mengahsilkan lendir. Cangkang spiral membukus organ-organ visceral ang dilapisi oleh mantel pada sisi dalamnya.

c. Sistem Pencernaan

Alat-alat pencernaan makanan terdiri atas mulut, massa bucal, esophagus, kelenjr ludah, tembolok, lambung, kelenjar pencernaan, usus, rectum, dan  berakhir pada dubur. Makanan yang berupa dedaunan diambil dengan menggunakan mandibula  bersifat tanduk dan dihncurkan oleh radula.

d. Sistem Sirkulasi dan respirasi

Darah Achatina fulica terdiri dari sel-sl darah dan plasma yang tidak berwarna. Alat peredaran darah terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Jantung terdiri atas sebuah atrium dan ventrikel berotot, dan sinus . Dari ventrikel keluar aorta yang bercabang menjadi aorta posterior yang memasok kelanjar pencernaan dan aorta anterior ang memasok darah ke kepala dan kaki. Darah dari kapiler arteri masuk ke kapiler vena lalu mauk ke jantung melalui sinus. Darah dari sinus akan masuk ke dinding rongga mantel. Setelah terjadi pertukaran gas, darah yang kaya akan oksigen  masuk ke vena pulmonalis menuju atrium.

e. Sistem saraf

Sistem saraf terdiri dari ganglion-ganglion dan serabut saraf. Ada lima pasang  ganglion,. Ganglion supraeofageal ang terletak di atas esophagus, dari ganglion ini keluar serabut saraf menuju anterior ke ganglion bukal, ke mata pada ganglion ocular, ke mulut pada ganglion olfaktoeri. Selain itu terdapat saraf penghubung yang menghubungkan ganglion supraesofageal dengan ganglion di bawah esophagus.

 

f. Sistem Reproduksi

Bekicot (Achatina fulica) bersifat hermafrodit., namun dalam pembuahan tetap dibutuhkan dua individu karena spermatozoa pada satu individu tidak bertemu dengan ovum.  Telur dan spermatozoa dihasilkan dalam ovostestis. Alat reproduki eksternal yang berupa vagina dan penis brmuara pada atrium genital.

g. Klasifikasi

Kingdom               : Animalia

Phylum                 : Molluca

Classis                  : Gastropoda

Ordo                     ; Pulmonata

Familia                 : Achatinidae

Genus                   : Achatina

Species                 : Achatina fulica

(Jasin, 1984: 141)

5. Kelas Bivalvia (Pelecypoda)

Bivalvia adalah Mollusca yang memiliki sepasang cangkang yang dapat membuka dan menutup.  Bivalvia mempunyai bentuk simetri bilateral, namun hal ini tidak berkaitan dengan lokomosi yang cepat (Kimball, 1999) serta pipih secara lateral.  Kaki biasanya berbentuk seperti baji (Yunani; peleky, baji) sehingga dikenal pula sebagai Pelecypoda (Sugiri, 1989). Bivalvia umumny hidup di laut. Namun, beberpa sesies ada juga yang hidup di air tawar. Contoh spesies dari kelas ini adalah Anadonta woodina.

 

a. Habitat

Anadonta woodina hidup pada perairan tawar, baik di kolam, selokan, sungai atau danau. Hewan ini aktif pada malam hari dan membenamkan dirinya dalam lumpur pada siang hari (Sugiri, 1989).

b. Struktur Tubuh

Anadonta woodina memiliki bentuk tubuh oval pada bagian anterior dan menyempit pada bagian posterior. Panjang tubuh berkisar antara 5-10 cm. Hewan ini memiliki dua buah cangkang yang bersatu pada bagian dorsal oleh suatu ligament sendi.  Struktur cangkang Anadonta woodina terdiri atas tiga lapisan, yakni periostrakum yang berupa lapisan tanduk, prismatic berupa lapisan Kristal kalsium karboat dan nakreas yang tipis mengkilat.

Tubuh yang dilindungi cangkang terdiri atas massa visceral, kaki otot, insang ganda dan mantel. Pada bagian posterior terdapat sifon ekskuren pada sisi dorsal dan sifon inkuren pada sisi ventral. Pada bagian dorsal terdapat dua buah otot untuk menutup  cangkang, yakni otot aduktor anterior dan otot aduktor posterior. Selain itu terdapat otot rectator untuk menarik kaki kea rah dalam.

c. Sistem Pencernaan

Alat pencernaan makanan terdiri atas mulut di belakang otot aduktor anterior diantara dua palpus palpus labial. Esophagus, lambung, usus, rectum, dan dubur.

d. Sistem Sirkulasi

Sistem sirkulasi terdiri atas jantung, aorta anterior dan aorta dorsal. Jantung terletak di bagian dorsal di dalam perikard  dan terdiri atas dua aurikel dan ventrikel. Dari ventrikel muncul dua aorta, yakni aorta anterior yang memasok darah ke kaki, lambung dan mantel; serta aorta posterior yang memasok darah ke rectum dan mantel.

e. Sistem Respirasi

Anadonta woodina bernapas dengan insang yang berbentuk huruf W yang terdapat pada bagian kanan dan kiri kaki. Setiap belahan insang erdiri atas dua lamella yang menyatu di bagian ventral.

f. Sistem Ekskresi

Sistem ekskresi berua ginjal yang terletak di bawah perikard. Ginjal berfungsi membuang limbah dari darah dan dari cairan perikard.

g. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas tiga ppasang ganglion, yakni ganglion cerebral di sisi esophagus, ganglion pedal pada kaki dan ganglion visceral di bawah otot adductor posterior. Masing-masing pasangan ganglion dihubungkan oleh saraf penghubung. Pada setiap ganglion dilepaskan saraf ke organ dan juga terdapat kommisur serebropedal dan serebroviceral.

h. Sistem Reproduksi

Hewan ini  bersifat diesius. Masing-masing jenis kelamin memiliki sepasang gonad. Gonad bercabang-cabang terletak di sebelah atas belitan usus, melepaskan saluran pendek yang bermuara di dekat lubang saluran ginjal.

i. Klasifikasi

Kingdom    : Animalia

Phylum      : Mollusca

Classis       : Bivalvia

Ordo          : Eulamelibranchia

Familia      ; unionidae

Genus        : Anadonta

Species      : Anadonta woodina

(Jasin, 1984: 152)

6. Kelas Cephalopoda

Cephalopoda (Yunani: kephale yang berarti kepala, dan podos artinya kaki) adalah kelas dari Phylum Molluca yang memiliki alat gerak di bagian kepala. Kelas ini merupakan kelas dengan tingkat evolusi tertinggi di antara Mollusca. Tubuh simetri bilateral dengan kaki yang terbagi menjadi lengan-lengan yang dilengkapi alat pengisap dan system saraf yang berkembang baik berpusat di kepala. Kelompok ini memiliki badan lunak dan tidak memiliki cangkang tebal seperti kelas lainnya. Mantelnya menyelimuti seluruh tubuh dan membentuk kerah yang longgar di dekat leher (Romimohtarto, 2007). Contoh spesies dari kelas Cephalopoda adalah cumicumi (Loligo pealii).

a. Habitat

Loligo pealii seperti halnya anggota Cephalopoda yang lainnya memiliki habitat di perairan laut. Hewan ini dapat hidup, baik di lautan dangkal hingga laut dalam.

b. Struktur  Tubuh

Tubuh terdiri atas kepala yng terletak ventral, leher yang pendek dan badan yang berbentuk tabung dengan sirip  pada kedua sisinya. Pada kepala terdapat sepasang mata yang berkembang sempurna, dan mulut yang terletak diujung dikelilingi oleh empat pasang tangan dan sepasang tentakel.  Pada tangan terdapat  mangkuk pengisap, Pada sisi posterior kepala terdapat sifon.

c. Sistem Pencernaan

Saluran pencernaan makan pada cumi-cumi telah lengkap dan berkembang dengan baik dan terdiri dari mulut yang mengandung radula, faring berotot, esophagus, lambung berbentuk kantung, sekum berdinding tipis, usus, rectum dan anus. Kelenjar pencernaan terdiri atas sepasang kelenjar ludah, hati dan pancreas.

d. Sistem Respirasi dan Sirkulasi

Respirasi dilakukan dengan menggunakan insang yang berjumlah sepasang di kanan kiri ruang mantel bagian ventral. Sirkulasi darah dilakukan dengan baik. Alat-alat sirkulasi terdiri atas jantung dan sejumlah pembuluh darah. Jantung menerima darah dari vena cava anterior dan vena cava posterior kemudian meuju insang melalui pembuluh darah afferent ke kapiler dan terjadilah pertukaran O2 dengan CO2. Darah yang mengandung O2 keluar dari masing-masing insang melalui pembuluh darah efferent menuju aurikel di setiap sisi yang masing-masing bermuara  pada jantung sistemik.

e. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas otak dan beberapa ganglion, yakni ganglion serebral, ganglion pedal serta beberapa ganglion yang lain.

f. Sistem Reproduksi

Loligo pealii bersifat diesius. Pada waktu kopulasi spermatofor dari hewan jantan dimasukan dalam rongga mantel betina dengan pertolongan hektokotilus yang berbentuk seperti sisir. Telur cumi-cumi besar dan bersifat megalesita dan jika menetas tidak melewati tahap larva.

g. Klasifikasi

Kingdom    : Animalia

Phylum      : Mollusca

Classis       : Cephalopoda

Sub classis : Dibranchia

Ordo          : Teuthoidea

Familia      : Loliginidae

Genus        ; Loligo

Species      : Loligo pealii

(Marshall, 1972: 704)

D. Peranan Mollusca dalam Kehidupan

1. Peranan yang menguntungkan

a.      Sebagai penyeimbang dalam ekosistem

b.      Sebagai sumber makanan  yang mengandung protein

c.       Sebagai penghasil mutiara

2. Peranan yang merugikan

a. Achatina fulica dan Pomacea caniculata menjadi hama bagi pertanian

b.    Beberapa jenis kerang menjadi inang perantara bagi cacing-cacing parasit pada manusia

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasab terhadap penelusuran dan studi literature, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1.    Ciri  utama bagi phylum Mollusca adalah tubuh yang lunak, tidak bersegmen,kosmopolit dan tubuh yag dilindungi oleh mantel.

2.    Proses fisiologis yang terjadi pada phyum Mollusca meliputi: system pencernaan yang terdiri dari mulut, esophagus, lambung, usus, rectum dan anus, serta beberapa kelenjar pencernaan; Sistem respirasi dengan insang atau paru-paru; ekskresi dengan ginjal; system saraf berupa kumpulan ganglion, peredaran darah terbuka dan system reproduksi secara seksual.

3.    Mollusca dibedakan dalam enam  kelas berdasarkan letak alat geraknya, yakni Amphineura, Scaphopoda, Gastropoda, Cephalopoda, Monoclaphopora, dan Bivalvia.

4.    Perana Mollusca dalam kehidupan meliputi peranan yang menguntungkan sebagai sumber protein dan penghasil mutira serta peranan yang merugikan sebagai hama pertanian dan inang bagi cacing parasit.

B. Saran

Saran yang saya berikan dalam makalah ini, sebaiknya makalah yang telah diperiksa dikembalikan kepada mahasiswa yang bersangkutan untuk dipelajari kembali mengenai hal-hal yang belum tepat.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Jasin, M., 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya. Surabaya.

Kimball, J.W., 1999. Biologi Jilid III Edisi V. Erlangga. Jakarta.

Marshall, A.J., 1972. Textbooks of Zoology Invertebrata. The Macmillan Press LTD. London.

Romimohtarto, K., 2007. Biologi laut. Djambatan. Jakarta.

Sugiri, N., 1989. Zoologi Avertebrata II. IPB. Bogor.

http://id.wikipedia.org/wiki/picture/mollusca.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Phaeophyta: Ordo Laminariales dan Fucales

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Tumbuhan adalah organisme yang dicirikan dengan adanya dinding sel, pigmen fotosintetik dan sifat autotrofik serta immobil.  Secara garis besar, tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Pembagian ini tidak mengacu secara spesifik kepada struktur tubuh dari tumbuhan tersebut, tetapi lebih mengacu pada perkembangbiakan ataureproduksinya. Tumbuhan tingkat rendah memiliki  organ dan cara perkembangbiakan yang lebih sederhana bila dibandingkan dengan pada tumbuhan tingkat tinggi.

Dalam tumbuhan tingkat rendah, kita mengenal kelompok Thalophyta yang mencakup Algae (ganggang). Thallopyta merupakan tumbuhan bertalus atau tumbuhan yang belum dapat dibedakan secara jelas antara akar, batang, dan daun. Secara umum, kita memandang keseluruhan tubuhnya sebagai talus.

Algae merupakan tumbuhan akuatik yang menghuni habitat air. Dalam system pengklasifikasian, Pembagian Algae dalam kelas-kelas tertentu didasarkan pada jenis pigmen  warna yang dikandungnya, sehingga kita dapat mengenal istilah |Chlorophyta (ganggang hijau), Rhodophyta (Ganggang merah), Phaeophyta (ganggang coklat) dan sebagainya. Dalam makalah ini, ruang lingkup pembahasan kami batasi pada kelas Phaeophyta, yakni pada Ordo Laminariales dan Fucales.

Laminariales dan Fucales adalah dua ordo dalam kelas Phaeophyta yang umum dikenal. Bahkan beberapa spesies dari kedua ordo ini memberikan peranan positif dalam kehidupan, baik terhadap ekosistem secara umum, maupun bagi kehidupan manusia.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dianggap perlu untuk menyusun makalah mengenai ordo Laminariales dan Fucales. Makalah ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan mengenai kedua ordo tersebut sehingga diharapkan mahasiswa dapat mendeskripsikan kedua ordo tersebut secara jelas.

 

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dikaji dalam makalah in makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1.      Bagaimana ciri-ciri umum dari ordo Laminariales dan Fucales ?

2.      Bagaimana cara reproduksi pada ordo  Laminariales dan Fucales?

3.      Bagaimana pengklasifikasian dari ordo Laminariales dan Fucales?

4.      Apa contoh spesies dari ordo Laminariales dan Fucales?

 

C. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.

1.      Untuk mengetahui cirri-ciri umum dari ordo Laminariales dan Fucales

2.      Untuk mengetahui reproduksi pada ordo  Laminariales dan Fucales.

3.      Untuk mengetahui pengklasifikasian dari ordo Laminariales dan Fucales.

4.      Untuk mengetahui contoh spesies dari ordo Laminariales dan Fucales.

 

D. Manfaat

Manfaat yang dapat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.

1.      Mahasiswa dapat mendeskripsikan ordo Laminariales dan Fucales, baik dari segi ciri umum, reproduksi, klasifikasi, maupun contoh spesiesnya.

2.      Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah

 

 

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Ordo Laminariales

1. Ciri-ciri Umum

 

Laminariales adalah salah satu diantara tiga belas ordo dalam divisi Phaeophyta. Ciri-ciri umum dari ordo ini adalah sebagai berikut.

a.       Habitat umumnya pada lautan beriklim dingin

b.      Sporofit yang dapat dibagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian atau lembaran.

c.       Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar dan biasanya terletak diantara tangkai dan lembaran.

d.      Sporofit mempunyai sporangia yang unilokuter dan terkumpul dalam suatu sorus pada permukaan lembaran.

e.       Gametofit dari laminariales berupa filamen yang mikroskopik dan bersifat diesius.

f.       Perkembangbiakan seksual bersifat oogamik.

2. Reproduksi

Reproduksi seksual pada Laminariales dilakukan secara oogami. Oogami adalah suatu bentuk perkembangbiakan dimana gamet jantan dan betina memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda dengan gamet jantan yang aktif. Laminariale memiliki gametifit yang diesius.

Pada Laminariales ditemukan adanya pergiliran keturuna yang beraturan. Sporofit yang besar dan bersifat diploid berganti dengan gametofit jantan dan betina yang telah memperlihatkan perbedaan bentuk dan susunan. Gametofit yang dhasilkan tersebut berasal dari zoospore. Gametofit jantan bercabang-cabang lebih banyak, cepat tumbuh dan terdiri atas banyak sel dan pada ujungnya terdapat anteridium yang hanya terdiri atas satu sel, masing-masing mengeluarkan dua spermatozoid yang mempunyai dua bulu cambuk.

Gametofit betina terdiri atassel-sel yang besar, tumbuhnya lambat, tidak mempunyai bamnyak sel dan dalam keadaan luar biasa hanya terdiri atas satu  sel berbentuk pipa dan menghasilkan oogonium yang mempaunyai satu sel saja. Sel telur yang telanjang tersebut keluar dari ujung oogonium dan tetap melekat pada tempat tersebut. Zigot hasil perkawinan tumbuh menjadi sporofit. Pada permukaan sporofit selain terdapat sel-sel mandul juga terdapat sporangium yang menghasilkan banyak zoospore dengan dua bulu cambuk.

3. Klasifikasi

Dalam sistem klasifikasi, Laminariales termasuk dalam divisi Phaeophyta yang hanya memiliki satu kelas, yakni  kelas Phaeophyceae. Phaeophyceae kemudian memiliki tiga belas ordo dan salah satunya adalah ordo Laminariales. Sistematik dari ordo Laminariales bagaimana yang dikemukakan oleh H.C.Bold dan M.J. Wynne (1985) sebagai berikut.

a. Familia Chordaceae

Famili Chordaceae hanya memiliki satu genus, yakni genus Chorda. Tubuh Alga yang termasuk dalam genus Chorda tidak memiliki cabang, berbentuk silinder dan dapat mencapai panjang hingga 8 sampai 12 meter. Chorda hidup di perairan dingin Atlantik utara, pasifik utara, laut Arktik dan laut Bering. Contoh spesies dari family ini adalah Chorda filum.

b. Familia Laminariaceae

Famili ini memiliki sejumlah genus, diantaranya adalah :

1.      Genus Laminaria

Laminaria ditemukan pada perairan litoral hingga sublitoral hingga pantai karang. Contoh Laminaria saccharina

2.      Genus Hedophyllum

Hedeophyllum memiliki daerah penyebaran dari perairan Alaska hingga utara California. Alga ini hidup melekat pada substrat dengan menggunakan haptera. Contoh Hedophyllum sessile

3.      Genus Agarum

Agarum memiliki tulang atau urat median melintang, adanya lubang-lubang pada sisi helaian dan helaian yang tak terbagi membedakan genus ini dengan genus lain dalam family Laminariaceae. Contoh Agarum cribrosum

4.      Genus Costaria

Ciri utama dari Costaria adalah adanya lima buah urat longitudinal pada helaian Alga ini. Contoh Costaria costata

c. Familia Lessoniaceae

Famili Lessoniaceae juga mempunyai sejumlah genus. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

1.      Genus Postelsia

Jika dipandang pada tiap-tiap individu, Postelsia memiliki bentuk yang mirip pohon kelapa. Sejumlah besar helaian yang menyatu pada pangkalnya membentuk haptera yang melekatkan Alga ini pada substrat.

Contoh Postelsia palmaeformis

2.      Genus Nereocystis

Nereoscystis memiliki bentuk yang mirip dengan Laminaria ketika muda. Namun, seiring dengan perkembangannya, terjadi pembagian helaian-helaian dan juga modifikasi tangkai (stipe). Tangkai dapat mencapai panjang hingga 25-30 meter serta memiliki pneumokist pada ujungnya.

Contoh Nereocystis luetkeana

3.      Genus Macrocystis

Macrocystis (Macro = besar; kystis=helaian) merupakan Tumbuhan menahun yang memungkinkan adanya  regenerasi dari stipes tambahan. Dengan demikian akan muncul sejumlah besar lemabaran-lembaran yang berasal dari lembaran tunggal.

Contoh Macrocystis integrifolia

d. Familia Alariaceae

Beberapa genus dari family Alariaceae meliputi :

1.      Genus Alaria

Alaria memiliki semacam tulang daun yang menyolok pada tengah lembara- tubuhnya yang memanjang dari pangkal hingga ujung lembaran. Pada perairan dingin, Alaria dapat membentuk lembaran hingga 25 m panjangnya.

Contoh Alaria esculenta dan Alaria crassifolia

2.      Genus Egregia

Tumbuhan muda memiliki kemiripan dengan Alariaceae dimana lembaran terminal dan lateral  muncul dar daerah transisi. Lembaran induk kemudian digantikan oleh sejumlah cabang-cabang yang dapat mencapai panjang 8 m. Gametofit dari genus ini sangat tererduksi dimana gametofit betina yang terbentuk dari satu atau dua sel dan gametofit jantannya terbentuk dari dua hingga empat sel vegetative yang menghasilkan sejumlah anteridia.

Contoh Egregia menziesii

3.      Genus Eisenia

Eisenia dewasa memiliki suatu tangkai (stipe) yang tegak lurus, berkayu dan  dilekatkan ke substrat oleh sejumlah besar hapterous.

Contoh Eisenia arborea

B. Ordo Fucales

1. Ciri-ciri Umum

Ciri-ciri umum dari ordo Fucales meliputi :

a.       Ganggang ini banyak ditemukan hidup di air laut maupun air tawar dari daerah tropis hingga daerah dingin

b.      Hidup melekat pada bebatuan dengan pelekat berbentuk cakram.

c.       Fucus yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus berbentuk pita yang di tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah.

d.      Talus bercabang-cabang, bentuknya kaku dan keras seperti kulit.

Serta  pada ujungnya membesar membentuk konseptakel

e.       Tidak mengalami pergiliran keturunan

f.       Tidak mengalami perkembangbiakan secara vegetative

g.      Perkembangiakan secara generative dengan oogami

 

2. Reproduksi

Sebagai mana yang telah disebutkan dalam ciri-ciri umum, ordo Fucales tidak memiliki bentuk perkembangbiakan secara vegetative. Adapun perkembangbiakan secara generative dilakukan dengan oogami. Fucales memiliki reseptakel yang terdapat pada ujung cabang-cabang talus. Di dalam reseptakel tersebut terdapat oogonium, anteridium, dan benang-benang mandul (parafisis).

Anteridium berupa sel-sel berbentuk jorong, duduk rapat satu sama lain pada benang-benang yang pendek yang bercabang-cabang. Tiap anteridium menghasilkan 64 spermatozoid. Spermatozoid mengandung bahan inti, bintik mata, dan dua bulu cambuk pada kedua sisinya. Biulu cambuk yang pendek menghadap ke muka dan mempunyai rambut-rambbut yang mengkilat.

Oogonium  berupa suatu badan yang duduk di atas tangkai, terdiri atas satu sel saja, dan mengandung 8 sel telur. Dalam fertilisasi, hanyan sekitar 40% dari sel telur yang dibuahi dan pada tiap 100.000 spermatozoid, hanya 1-2 saja yang dapat melakukan fertilisasi. Zigot yang terbentuk memiliki dinding selulosa dan pectin, melekat pada suatu substrat dan tumbuh menjadi individu yang baru.

 

3. Klasifikasi

 

Sebagaimana halnya ordo Laminariales. Ordo Fucales juga termasuk dalam divisi Phaeophyta pada kelas Phaeophyceae. Sistematika dari  ordo Fucales menurut H.C. Bold dan Michael J. Wynne (1985) adalah sebagai berikut.

a. Famili Fucaceae

Famili ini memiliki sejumlah genus, diantaranya yang umum dikenal adalah sebagai berikut.

1.    Genus Fucus

Tubuh Fucus memiliki sejenis tangkai lentur yang mana darinya akan muncul sejumlah cabang. Kadang-kadang memiliki sejumlah kantung udara.

Contoh Fucus vesiculosus

2.    Genus Ascophyllum

Ascophyllum memiliki lembaran-lembaran tubuh yang linear yang dilekatkan pada substrat oleh suatu lempeng dasar. Cabang-cabang muncul secara dikotomi.

Contoh Ascophyllum nodossum

3.      Genus Pelvetia

Pelvetia memiliki habitat utama pada perairan di belahan bumi utara. Alga ini berupa tumbuhan menahun yang tahan kekeringan dalam waktu lama. Tubuh utama bercabang-cabang secra dikotomi serta memiliki reseptakel. Alga ini bersifat monoesius.

b. Famili Sargassaceae

Famili ini memiliki satu genus yang umum, yakni Sargassum. Contoh spesiesnya adalah Sargassum filipendula.

c. Famili Cystoseiraceae

 

Famili Cystoseiraceae mencakup 16 buah genus yang mirip dengan Sargassaceae, tetapi berbeda dalam hal tidak adanya bagian yang mirip daun pada ujung cabang, Karakateristik yang lain adalah keberadaan suatu sel apical tunggal pada tiap pucuk yang membentuk tiga sisi dalam irisan melintang dan pada tiap oogonium hanya menghasilkan satu sel telur.

Famili ini mencakup beberapa genus, diantaranya adalah Genus Cystoseira. Contoh spesiesnya adalah Cystoseira osmundaceae

d. Famili Homosiraceae

Famili Homosiraceae memiliki satu genus, yakni Hormosira. Homosiraceae memiliki habitat pada perairan di belahan bumi selatan. Alga ini ditemukan di Australia dan Selandia baru yang berbentuk seperti untaian kalung atau tasbih. Ganggang ini dapat berwujud kecil hingga mencapai panjang 1 meter dengan tipe percabangan dikotom. Alga ini bersifat diesius dan pada tiap oogonium menghasilkan empat sel telur. Contoh spesiesnya adalah Hormosira branksii

 

Gambar 9. Hormosira branksii

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan terhadap berbagai penelusuran literature, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1.    Ciri-ciri umum dari ordo Laminariales meliputi : Habitat umumnya pada lautan beriklim dingin; Sporofit yang dapat dibagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian atau lembaran; Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar; Sporofit mempunyai sporangia yang unilokuter dan terkumpul dalam suatu sorus pada permukaan lembaran; dan Gametofitnya berupa filamen yang mikroskopik dan bersifat diesius.

2.    Ciri-ciri umum dari ordo Fucales meliputi : habitat di air laut maupun air tawar dari daerah tropis hingga daerah dingin; mempunyai talus berbentuk pita yang di tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah,  bercabang-cabang, bentuknya kaku dan keras seperti kulit Serta  pada ujungnya membesar membentuk konseptakel; Tidak mengalami pergiliran keturunan dan Tidak mengalami perkembangbiakan secara vegetative

3.    Perkembangbiakan vegetative pada Laminariales berupa zoospore dan perkembangbiakan generatifnya berupa oogami sedangkan pada Fucales tidak mengalami  perkembangbiakan secara  vegetative dan perkembangbiakan generatifnya juga dengan oogami.

4.    Laminariales memiliki 4 famili, yakni Chordaceae, laminariaceae, Lessoniaceae dan Alariaceae; Fucales juga memiliki empat family, yakni Fucaceae, Sargassaceae, Cystoseiraceae dan Hormosiraceae

5.    Contoh spesies dari ordo Laminariales meliputi Chorda filum, Laminaria saccharina, Alaria esculenta, Nerocystis luetkena dan Egregia menziesii; Contoh spesies dari ordo Fucales adalah Fucus vesiculosus, Sargassum filipendula, Hormosira banksii dan Cystoseira osmundacea

 

DAFTAR PUSTAKA

Bold, H.C., dan Wynne, M.J., 1985. Introduction to the Algae. Prentice-Hall.    New Jersey

 

Tjitrosoepomo, G., 2005. Taksonomi Tumbuhan: Schyzophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pterydophyta. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

 

http://pt-lobos.com/algae.html

http://www.biologionline.com

http://www.flickr.com/photos/clarasbell/3029703991/

http://www.fotosearch.com

http://www.oceanlink.info/biodiversity/seaweeds/Phaeophyta.html

http://www.ohio.edu/plantbio/vislab/algaeimage/pages/laminaria.html

http://www.seaweedsofalaska.com/species.asp?SeaweedID=28

http://www.theseashore.org.uk/theseashore/SpeciesPages/Bladderwrack%20French.jpg.html

http://www.ubcbotanicalgarden.org/potd/2010/02/egregia_menziesii.php

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Pengertian dan Ciri-ciri Belajar

Pengertian belajar yang diberikan oleh para ahli sangat beragam. Hal ini ditentukan oleh disiplin ilmu mereka masing-masing dan filsafat yang menjadi dasar pemikiran mereka. Berikut defenisi belajar yang diberikan oleh para ahli.
1. Pengertian Belajar Menurut Para Ahli dalam Negeri
Thursan Hakim menyatakan bahwa  belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman
Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Pengertian Belajar menurut Para Ahli Luar Negeri
Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.
Gagne seperti yang di kutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu:
1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
Robert. M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan bahwa : Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth ; Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme.
Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in behaviour as result of experience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami.
Menurut Spears : Learning is to observe, to read, to imited, to try something themselves, to listen, to follow direction ; pengalaman dapat diperoleh dengan menggunakan panca indra.
Lester.D. Crow and Alice Crow mendefinisikan : Learning is the acuquisition of habits, knowledge and attitudes ; Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaankebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.
Hudgins Cs. (1982) berpendapat tentang Hakekat belajar secara tradisional. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman .
Jung , (1968) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman.
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Menurut Skinner ( 1985 ) memberikan definisi belajar adalah “Learning is a process of progressive behavior adaption”. Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
Menurut Mc. Beach ( Lih Bugelski 1956 ) memberikan definisi mengenai belajar. “Learning is a change performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa bahwa belajar membawa perubahan dalam performance dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan ( practice ).
Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
Menurut Morgan, dkk ( 1984 ) memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which accurs as a result of practice or experience.” Yaitu bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan ( practice )atau karena pengalaman ( experience)
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
Dalam bukunya Walker “Conditioning and instrumental learning” ( 1967 ). Belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan orang dapat memperoleh, baik kebiasaan – kebiasaan yang buruk maupun kebiasaan yang baik.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.
B. Ciri-ciri Belajar
Syaifull Bahri Djamarah, memukakan ciri-ciri belajar  sebagai berikut :
  1. Perubahan yang terjadi secara sadar.
  2. Perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional.
  3. Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif.
  4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
  5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
  6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1.Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2.Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3.Perubahan yang fungsional
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Belajar  juga  tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh kemampuan individu. Dengan  demikian, maka  ciri-ciri belajar juga dapat dirumuskan sebagai berikut.
  1. belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor).
  2. perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan prilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan. Interaksi ini dapat berupa interaksi fisik. Misalnya, seorang anak akan mengetahui bahwa api itu panas setelah ia menyentuh api yang menyala pada lilin. Di samping melalui interaksi fisik, perubahan kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui interaksi psikis. Contohnya, seorang anak akan berhati-hati menyeberang jalan setelah ia melihat ada orang yang tertabrak kendaraan. Perubahan kemampuan tersebut terbentuk karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Mengedipkan mata pada saat memandang cahaya yang menyilaukan atau keluar air liur pada saat mencium harumnya masakan bukan meruapakan hasil belajar. Di samping itu, perubahan prilaku karena faktor kematangan tidak termasuk belajar. Seorang anak tidak dapat belajar berbicara sampai cukup umurnya. Tetapi perkembangan kemampuan berbicaranya sangat tergantung pada rangsangan dari lingkungan sekitar. Begitu juga dengan kemampuan belajar.
  3. perubahan tersebut relatif tetap. Perubahan perilaku akibat obat-obatan, minuman keras, dan yang lainnya tidak dapat dikategorikan sebagai perilaku hasil belajar. Seorang atlet yang dapat melakukan lompat galah melebihi rekor orang lain karena minum obat tidak dapat dikategorikan sebagai hasil belajar. Perubahan tersebut tidak bersifat menetap. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen
 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Tumbuhan adalah organisme yang dicirikan dengan adanya dinding sel, pigmen fotosintetik dan sifat autotrofik serta immobil.  Secara garis besar, tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi. Pembagian ini tidak mengacu secara spesifik kepada struktur tubuh dari tumbuhan tersebut, tetapi lebih mengacu pada perkembangbiakan ataureproduksinya. Tumbuhan tingkat rendah memiliki  organ dan cara perkembangbiakan yang lebih sederhana bila dibandingkan dengan pada tumbuhan tingkat tinggi.

Dalam tumbuhan tingkat rendah, kita mengenal kelompok Thalophyta yang mencakup Algae (ganggang). Thallopyta merupakan tumbuhan bertalus atau tumbuhan yang belum dapat dibedakan secara jelas antara akar, batang, dan daun. Secara umum, kita memandang keseluruhan tubuhnya sebagai talus.

Algae merupakan tumbuhan akuatik yang menghuni habitat air. Dalam system pengklasifikasian, Pembagian Algae dalam kelas-kelas tertentu didasarkan pada jenis pigmen  warna yang dikandungnya, sehingga kita dapat mengenal istilah |Chlorophyta (ganggang hijau), Rhodophyta (Ganggang merah), Phaeophyta (ganggang coklat) dan sebagainya. Dalam makalah ini, ruang lingkup pembahasan kami batasi pada kelas Phaeophyta, yakni pada Ordo Laminariales dan Fucales.

Laminariales dan Fucales adalah dua ordo dalam kelas Phaeophyta yang umum dikenal. Bahkan beberapa spesies dari kedua ordo ini memberikan peranan positif dalam kehidupan, baik terhadap ekosistem secara umum, maupun bagi kehidupan manusia.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dianggap perlu untuk menyusun makalah mengenai ordo Laminariales dan Fucales. Makalah ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan mengenai kedua ordo tersebut sehingga diharapkan mahasiswa dapat mendeskripsikan kedua ordo tersebut secara jelas.

 

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dikaji dalam makalah in makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana ciri-ciri umum dari ordo Laminariales dan Fucales ?

2. Bagaimana cara reproduksi pada ordo  Laminariales dan Fucales?

3. Bagaimana pengklasifikasian dari ordo Laminariales dan Fucales?

4. Apa contoh spesies dari ordo Laminariales dan Fucales?

 

C. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui cirri-ciri umum dari ordo Laminariales dan Fucales

2. Untuk mengetahui reproduksi pada ordo  Laminariales dan Fucales.

3. Untuk mengetahui pengklasifikasian dari ordo Laminariales dan Fucales.

4. Untuk mengetahui contoh spesies dari ordo Laminariales dan Fucales.

 

D. Manfaat

Manfaat yang dapat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mahasiswa dapat mendeskripsikan ordo Laminariales dan Fucales, baik dari segi ciri umum, reproduksi, klasifikasi, maupun contoh spesiesnya.

2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah

 

 

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Ordo Laminariales

1. Ciri-ciri Umum

 

Laminariales adalah salah satu diantara tiga belas ordo dalam divisi Phaeophyta. Ciri-ciri umum dari ordo ini adalah sebagai berikut.

a. Habitat umumnya pada lautan beriklim dingin

b. Sporofit yang dapat dibagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian atau lembaran.

c. Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar dan biasanya terletak diantara tangkai dan lembaran.

d. Sporofit mempunyai sporangia yang unilokuter dan terkumpul dalam suatu sorus pada permukaan lembaran.

e. Gametofit dari laminariales berupa filamen yang mikroskopik dan bersifat diesius.

f. Perkembangbiakan seksual bersifat oogamik.

2. Reproduksi

Reproduksi seksual pada Laminariales dilakukan secara oogami. Oogami adalah suatu bentuk perkembangbiakan dimana gamet jantan dan betina memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda dengan gamet jantan yang aktif. Laminariale memiliki gametifit yang diesius.

Pada Laminariales ditemukan adanya pergiliran keturuna yang beraturan. Sporofit yang besar dan bersifat diploid berganti dengan gametofit jantan dan betina yang telah memperlihatkan perbedaan bentuk dan susunan. Gametofit yang dhasilkan tersebut berasal dari zoospore. Gametofit jantan bercabang-cabang lebih banyak, cepat tumbuh dan terdiri atas banyak sel dan pada ujungnya terdapat anteridium yang hanya terdiri atas satu sel, masing-masing mengeluarkan dua spermatozoid yang mempunyai dua bulu cambuk.

Gametofit betina terdiri atassel-sel yang besar, tumbuhnya lambat, tidak mempunyai bamnyak sel dan dalam keadaan luar biasa hanya terdiri atas satu  sel berbentuk pipa dan menghasilkan oogonium yang mempaunyai satu sel saja. Sel telur yang telanjang tersebut keluar dari ujung oogonium dan tetap melekat pada tempat tersebut. Zigot hasil perkawinan tumbuh menjadi sporofit. Pada permukaan sporofit selain terdapat sel-sel mandul juga terdapat sporangium yang menghasilkan banyak zoospore dengan dua bulu cambuk.

Untuk lebih jelasnya pergiliran keturunan pada Laminariales dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Daur hidup Laminaria japonica

3. Klasifikasi

Dalam sistem klasifikasi, Laminariales termasuk dalam divisi Phaeophyta yang hanya memiliki satu kelas, yakni  kelas Phaeophyceae. Phaeophyceae kemudian memiliki tiga belas ordo dan salah satunya adalah ordo Laminariales. Sistematik dari ordo Laminariales bagaimana yang dikemukakan oleh H.C.Bold dan M.J. Wynne (1985) sebagai berikut.

a. Familia Chordaceae

Famili Chordaceae hanya memiliki satu genus, yakni genus Chorda. Tubuh Alga yang termasuk dalam genus Chorda tidak memiliki cabang, berbentuk silinder dan dapat mencapai panjang hingga 8 sampai 12 meter. Chorda hidup di perairan dingin Atlantik utara, pasifik utara, laut Arktik dan laut Bering. Contoh spesies dari family ini adalah Chorda filum.

Gambar 2. Chorda filum

b. Familia Laminariaceae

Famili ini memiliki sejumlah genus, diantaranya adalah :

1. Genus Laminaria

Laminaria ditemukan pada perairan litoral hingga sublitoral hingga pantai karang. Contoh Laminaria saccharina

2. Genus Hedophyllum

Hedeophyllum memiliki daerah penyebaran dari perairan Alaska hingga utara California. Alga ini hidup melekat pada substrat dengan menggunakan haptera. Contoh Hedophyllum sessile

3. Genus Agarum

Agarum memiliki tulang atau urat median melintang, adanya lubang-lubang pada sisi helaian dan helaian yang tak terbagi membedakan genus ini dengan genus lain dalam family Laminariaceae. Contoh Agarum cribrosum

4. Genus Costaria

Ciri utama dari Costaria adalah adanya lima buah urat longitudinal pada helaian Alga ini. Contoh Costaria costata

Gambar 3. Laminaria saccharina, Hedophyllum sessile, Agarum cribrosum, dan Costaria costata

c. Familia Lessoniaceae

Famili Lessoniaceae juga mempunyai sejumlah genus. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Genus Postelsia

Jika dipandang pada tiap-tiap individu, Postelsia memiliki bentuk yang mirip pohon kelapa. Sejumlah besar helaian yang menyatu pada pangkalnya membentuk haptera yang melekatkan Alga ini pada substrat.

Contoh Postelsia palmaeformis

2. Genus Nereocystis

Nereoscystis memiliki bentuk yang mirip dengan Laminaria ketika muda. Namun, seiring dengan perkembangannya, terjadi pembagian helaian-helaian dan juga modifikasi tangkai (stipe). Tangkai dapat mencapai panjang hingga 25-30 meter serta memiliki pneumokist pada ujungnya.

Contoh Nereocystis luetkeana

3. Genus Macrocystis

Macrocystis (Macro = besar; kystis=helaian) merupakan Tumbuhan menahun yang memungkinkan adanya  regenerasi dari stipes tambahan. Dengan demikian akan muncul sejumlah besar lemabaran-lembaran yang berasal dari lembaran tunggal.

Contoh Macrocystis integrifolia

Gambar 4. Postelsia palmaeformis, Nereocystis luetkeana, dan Macrocystis pyrifera

d. Familia Alariaceae

Beberapa genus dari family Alariaceae meliputi :

1. Genus Alaria

Alaria memiliki semacam tulang daun yang menyolok pada tengah lembara- tubuhnya yang memanjang dari pangkal hingga ujung lembaran. Pada perairan dingin, Alaria dapat membentuk lembaran hingga 25 m panjangnya.

Contoh Alaria esculenta dan Alaria crassifolia

2. Genus Egregia

Tumbuhan muda memiliki kemiripan dengan Alariaceae dimana lembaran terminal dan lateral  muncul dar daerah transisi. Lembaran induk kemudian digantikan oleh sejumlah cabang-cabang yang dapat mencapai panjang 8 m. Gametofit dari genus ini sangat tererduksi dimana gametofit betina yang terbentuk dari satu atau dua sel dan gametofit jantannya terbentuk dari dua hingga empat sel vegetative yang menghasilkan sejumlah anteridia.

Contoh Egregia menziesii

3. Genus Eisenia

Eisenia dewasa memiliki suatu tangkai (stipe) yang tegak lurus, berkayu dan  dilekatkan ke substrat oleh sejumlah besar hapterous.

Contoh Eisenia arborea

Gambar 5. Alaria esculenta, Egregia menziesii, dan Eisenia arborea

B. Ordo Fucales

1. Ciri-ciri Umum

Ciri-ciri umum dari ordo Fucales meliputi :

a. Ganggang ini banyak ditemukan hidup di air laut maupun air tawar dari daerah tropis hingga daerah dingin

b. Hidup melekat pada bebatuan dengan pelekat berbentuk cakram.

c. Fucus yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus berbentuk pita yang di tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah.

d. Talus bercabang-cabang, bentuknya kaku dan keras seperti kulit.

Serta  pada ujungnya membesar membentuk konseptakel

e. Tidak mengalami pergiliran keturunan

f. Tidak mengalami perkembangbiakan secara vegetative

g. Perkembangiakan secara generative dengan oogami

 

2. Reproduksi

Sebagai mana yang telah disebutkan dalam ciri-ciri umum, ordo Fucales tidak memiliki bentuk perkembangbiakan secara vegetative. Adapun perkembangbiakan secara generative dilakukan dengan oogami. Fucales memiliki reseptakel yang terdapat pada ujung cabang-cabang talus. Di dalam reseptakel tersebut terdapat oogonium, anteridium, dan benang-benang mandul (parafisis).

Anteridium berupa sel-sel berbentuk jorong, duduk rapat satu sama lain pada benang-benang yang pendek yang bercabang-cabang. Tiap anteridium menghasilkan 64 spermatozoid. Spermatozoid mengandung bahan inti, bintik mata, dan dua bulu cambuk pada kedua sisinya. Biulu cambuk yang pendek menghadap ke muka dan mempunyai rambut-rambbut yang mengkilat.

Oogonium  berupa suatu badan yang duduk di atas tangkai, terdiri atas satu sel saja, dan mengandung 8 sel telur. Dalam fertilisasi, hanyan sekitar 40% dari sel telur yang dibuahi dan pada tiap 100.000 spermatozoid, hanya 1-2 saja yang dapat melakukan fertilisasi. Zigot yang terbentuk memiliki dinding selulosa dan pectin, melekat pada suatu substrat dan tumbuh menjadi individu yang baru.

 

3. Klasifikasi

 

Sebagaimana halnya ordo Laminariales. Ordo Fucales juga termasuk dalam divisi Phaeophyta pada kelas Phaeophyceae. Sistematika dari  ordo Fucales menurut H.C. Bold dan Michael J. Wynne (1985) adalah sebagai berikut.

a. Famili Fucaceae

Famili ini memiliki sejumlah genus, diantaranya yang umum dikenal adalah sebagai berikut.

1. Genus Fucus

Tubuh Fucus memiliki sejenis tangkai lentur yang mana darinya akan muncul sejumlah cabang. Kadang-kadang memiliki sejumlah kantung udara.

Contoh Fucus vesiculosus

2. Genus Ascophyllum

Ascophyllum memiliki lembaran-lembaran tubuh yang linear yang dilekatkan pada substrat oleh suatu lempeng dasar. Cabang-cabang muncul secara dikotomi.

Contoh Ascophyllum nodossum

3. Genus Pelvetia

Pelvetia memiliki habitat utama pada perairan di belahan bumi utara. Alga ini berupa tumbuhan menahun yang tahan kekeringan dalam waktu lama. Tubuh utama bercabang-cabang secra dikotomi serta memiliki reseptakel. Alga ini bersifat monoesius.

Contoh Pelvetia canaliculata

Gambar 6. Fucus vesiculosus, Ascophyllum nodossum dan Pelvetia canaliculata

b. Famili Sargassaceae

Famili ini memiliki satu genus yang umum, yakni Sargassum. Contoh spesiesnya adalah Sargassum filipendula.

Gambar 7. Sargassum filipendula

c. Famili Cystoseiraceae

 

Famili Cystoseiraceae mencakup 16 buah genus yang mirip dengan Sargassaceae, tetapi berbeda dalam hal tidak adanya bagian yang mirip daun pada ujung cabang, Karakateristik yang lain adalah keberadaan suatu sel apical tunggal pada tiap pucuk yang membentuk tiga sisi dalam irisan melintang dan pada tiap oogonium hanya menghasilkan satu sel telur.

Famili ini mencakup beberapa genus, diantaranya adalah Genus Cystoseira. Contoh spesiesnya adalah Cystoseira osmundaceae

Gambar 8. Cystoseira osmundaceae

d. Famili Homosiraceae

Famili Homosiraceae memiliki satu genus, yakni Hormosira. Homosiraceae memiliki habitat pada perairan di belahan bumi selatan. Alga ini ditemukan di Australia dan Selandia baru yang berbentuk seperti untaian kalung atau tasbih. Ganggang ini dapat berwujud kecil hingga mencapai panjang 1 meter dengan tipe percabangan dikotom. Alga ini bersifat diesius dan pada tiap oogonium menghasilkan empat sel telur. Contoh spesiesnya adalah Hormosira branksii

Gambar 9. Hormosira branksii

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan terhadap berbagai penelusuran literature, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Ciri-ciri umum dari ordo Laminariales meliputi : Habitat umumnya pada lautan beriklim dingin; Sporofit yang dapat dibagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian atau lembaran; Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar; Sporofit mempunyai sporangia yang unilokuter dan terkumpul dalam suatu sorus pada permukaan lembaran; dan Gametofitnya berupa filamen yang mikroskopik dan bersifat diesius.

2. Ciri-ciri umum dari ordo Fucales meliputi : habitat di air laut maupun air tawar dari daerah tropis hingga daerah dingin; mempunyai talus berbentuk pita yang di tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah,  bercabang-cabang, bentuknya kaku dan keras seperti kulit Serta  pada ujungnya membesar membentuk konseptakel; Tidak mengalami pergiliran keturunan dan Tidak mengalami perkembangbiakan secara vegetative

3. Perkembangbiakan vegetative pada Laminariales berupa zoospore dan perkembangbiakan generatifnya berupa oogami sedangkan pada Fucales tidak mengalami  perkembangbiakan secara  vegetative dan perkembangbiakan generatifnya juga dengan oogami.

4. Laminariales memiliki 4 famili, yakni Chordaceae, laminariaceae, Lessoniaceae dan Alariaceae; Fucales juga memiliki empat family, yakni Fucaceae, Sargassaceae, Cystoseiraceae dan Hormosiraceae

5. Contoh spesies dari ordo Laminariales meliputi Chorda filum, Laminaria saccharina, Alaria esculenta, Nerocystis luetkena dan Egregia menziesii; Contoh spesies dari ordo Fucales adalah Fucus vesiculosus, Sargassum filipendula, Hormosira banksii dan Cystoseira osmundacea

 

B. Saran

Saran yang kami berikan dalam makalah ini adalah sebaiknya makalah yang telah diperiksa dikembalikan agar kami dapat mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang ada dan mengambil pelajaran untuk kesempurnaan selanjutnya. Oleh karena itu, kritik dan saran dosen pembimbing sangat kami perlukan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Bold, H.C., dan Wynne, M.J., 1985. Introduction to the Algae. Prentice-Hall.    New Jersey

 

Tjitrosoepomo, G., 2005. Taksonomi Tumbuhan: Schyzophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pterydophyta. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

 

http://pt-lobos.com/algae.html

http://www.biologionline.com

http://www.flickr.com/photos/clarasbell/3029703991/

http://www.fotosearch.com

http://www.oceanlink.info/biodiversity/seaweeds/Phaeophyta.html

http://www.ohio.edu/plantbio/vislab/algaeimage/pages/laminaria.html

http://www.seaweedsofalaska.com/species.asp?SeaweedID=28

http://www.theseashore.org.uk/theseashore/SpeciesPages/Bladderwrack%20French.jpg.html

http://www.ubcbotanicalgarden.org/potd/2010/02/egregia_menziesii.php

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

Pertama-tama tiada kata yang indah yang patut penyusun ucapkan mengawali tulisann ini selain ucapan puji dan syukur kepada Allah SWT karena penyusun menyadari makalah ini dapat diselesaikan tiada lain karena rahmat dan karunia-Nya semata. Ucapan terima kasih sdan penghargaan yang tulus penyusun juga sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan dalam membantu penyusunan makalh ini, khususnya Ibu Lili Darlian, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan-arahan dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini kami susun untuk memberikan gambaran mengenai ordo Laminariales dan Fucales, baik dari segi ciri umum, system reproduksi, klasifikasi hingga contoh spesiesnya. Penyusun berharap makalah yang sederhana ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi pembaca, khusunya bagi penyusun sendiri.

Akhir kata, penyusun menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penyusunan makalh ini terdapat kekeliruan atau ada kata yang tidak yang berkenan di hati pembaca. Penyusun menyadari sebagai manusia biasa tentu tidak akan terlepas dari kesalahan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Kendari, 16 Februari 2011

 

 

Penyusun

 

 

 

 

 

 

ii

 

 

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul…………………………………………………………     i

Kata Pengantar…………………………………………………………….  ii

Daftar Isi…………………………………………………………………..   iii

Bab I Pendahuluan………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang……………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………….. 2

C. Tujuan……………………………………………………………… 2

D. Manfaat…………………………………………………………….. 2

Bab II Isi dan Pembahasan………………………………………………… 3

A. Ordo Laminariales………………………………………………..    3

1. Ciri-ciri Umum……………………………………………….     3

2. Reproduksi……………………………………………………    3

3. Klasifikasi………………………………………………             5

B. Ordo Fucales………………………………………………………   9

1. Ciri-ciri Umum……………………………………………….     9

2. Reproduksi……………………………………………………    9

3. Klasifikasi……………………………………………………..   10

Bab III Penutup……………………………………………………………  13

A. Kesimpulan………………………………………………………… 13

B. Saran ………………………………………………………………  14

Daftar Pustaka

 

 

 

 

 

iii

 

 

Makalah :

BOTANI TUMBUHAN RENDAHORDO LAMINARIALES DAN FUCALES

 

 

 

OLEH ;

KELOMPOK VI

LA ODE IMBA                           (A1C2 09 065)

HASRAHNIAN HASNAN        (A1C2 09 045)

AISA                                            (A1C2 09 006)

ISMIATI KARI                           (A1C2 09 033)

DEPI PURWASI                                     (A1C2 09 079)

SOFYAN                                                 (A1C2 08 053)

FAKULTAS KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

Pengertian belajar yang diberikan oleh para ahli sangat beragam. Hal ini ditentukan oleh disiplin ilmu mereka masing-masing dan filsafat yang menjadi dasar pemikiran mereka. Berikut defenisi belajar yang diberikan oleh para ahli.
1. Pengertian Belajar Menurut Para Ahli dalam Negeri
Thursan Hakim menyatakan bahwa  belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman
Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Pengertian Belajar menurut Para Ahli Luar Negeri
Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.
Gagne seperti yang di kutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu:
1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
Robert. M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan bahwa : Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth ; Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme.
Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in behaviour as result of experience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami.
Menurut Spears : Learning is to observe, to read, to imited, to try something themselves, to listen, to follow direction ; pengalaman dapat diperoleh dengan menggunakan panca indra.
Lester.D. Crow and Alice Crow mendefinisikan : Learning is the acuquisition of habits, knowledge and attitudes ; Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaankebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap.
Hudgins Cs. (1982) berpendapat tentang Hakekat belajar secara tradisional. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman .
Jung , (1968) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman.
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Menurut Skinner ( 1985 ) memberikan definisi belajar adalah “Learning is a process of progressive behavior adaption”. Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
Menurut Mc. Beach ( Lih Bugelski 1956 ) memberikan definisi mengenai belajar. “Learning is a change performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa bahwa belajar membawa perubahan dalam performance dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan ( practice ).
Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
Menurut Morgan, dkk ( 1984 ) memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which accurs as a result of practice or experience.” Yaitu bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan ( practice )atau karena pengalaman ( experience)
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
Dalam bukunya Walker “Conditioning and instrumental learning” ( 1967 ). Belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan orang dapat memperoleh, baik kebiasaan – kebiasaan yang buruk maupun kebiasaan yang baik.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.
B. Ciri-ciri Belajar
Syaifull Bahri Djamarah, memukakan ciri-ciri belajar  sebagai berikut :
  1. Perubahan yang terjadi secara sadar.
  2. Perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional.
  3. Perubahan dalam belajar yang bersifat positif dan aktif.
  4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
  5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
  6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1.Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2.Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3.Perubahan yang fungsional
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Belajar  juga  tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh kemampuan individu. Dengan  demikian, maka  ciri-ciri belajar juga dapat dirumuskan sebagai berikut.
  1. belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor).
  2. perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan prilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan. Interaksi ini dapat berupa interaksi fisik. Misalnya, seorang anak akan mengetahui bahwa api itu panas setelah ia menyentuh api yang menyala pada lilin. Di samping melalui interaksi fisik, perubahan kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui interaksi psikis. Contohnya, seorang anak akan berhati-hati menyeberang jalan setelah ia melihat ada orang yang tertabrak kendaraan. Perubahan kemampuan tersebut terbentuk karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Mengedipkan mata pada saat memandang cahaya yang menyilaukan atau keluar air liur pada saat mencium harumnya masakan bukan meruapakan hasil belajar. Di samping itu, perubahan prilaku karena faktor kematangan tidak termasuk belajar. Seorang anak tidak dapat belajar berbicara sampai cukup umurnya. Tetapi perkembangan kemampuan berbicaranya sangat tergantung pada rangsangan dari lingkungan sekitar. Begitu juga dengan kemampuan belajar.
  3. perubahan tersebut relatif tetap. Perubahan perilaku akibat obat-obatan, minuman keras, dan yang lainnya tidak dapat dikategorikan sebagai perilaku hasil belajar. Seorang atlet yang dapat melakukan lompat galah melebihi rekor orang lain karena minum obat tidak dapat dikategorikan sebagai hasil belajar. Perubahan tersebut tidak bersifat menetap. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen

KENDARI

2011

 

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Pengantar semua TulisanQ

 

Bismillahirahmanirrahim

Ku  sebut  nama Allah di setiap awal langkahku karena kutahu Dialah yang menerangi tiap langkahku da memberiku arah dalam  tiap jejak yang hendak kutapaki.  Aku berharap   semua tulisan yang ada  dalam blog ini mendapat ridho-Nya dan dapat menjdi manfaat bagi siapa  pun terutama bagi penulis sendiri

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Dipublikasi di Uncategorized | 1 Komentar